Dewi Sekartaji SBW

Dewi Sekartaji SBW
Kelompok Dewi Sekartaji formasi lengkap

Jumat, 04 Oktober 2013

Sejarah Topeng malangan

Sejarah Topeng Malangan
            Topeng Malangan di dukuh Kedung Monggo desa Karangpandan kecamatan Pakisaji Malang, awalnya adalah wayang topeng yang diprakarsai oleh Mbah Serun. Mbah Serun inilah cikal bakal dari kesenian topeng Malangan, kemudian d iteruskan oleh Mbah Kiman. Hingga sekitar tahun 1930 putra mbah Kiman yaitu Mbah Karimun memulai pembuatan Topeng Malangan, yang juga di bantu oleh sang putra Bapak Taslan. Sekitar tahun 1992 Bapak Taslan Meninggal dunia, sehingga untuk pembuatan topeng Mbah Karimun dibantu sang cucu Handoyo. Menurut pengakuan Handoyo: dia mulai menekuni kesenian Topeng Malangan ini sekitar tahun 1995 hingga sekarang ini.

            Awal mula kesenian Topeng Malangan ini adalah dirumah mbah Karimun yang dijadikan sanggar, tempat produksi dan juga gerai hasil produksi.
Gambar 2.2 Mbah Karimun sang Maestro Topeng

Karawitan Asmoro Bangun
Gambar 2.3 Padepokan Asmoro Bangun

Topeng malangan merupakan kesenian tradisional yang berada di Malang.Dimana sanggar maupun padepokanya terletak di desa Kedungmonggo-Pakisaji, Kabupaten Malang-Jawa Timur.Pengelolahan kesenian ini, sekarang dikelolah oleh bapak Handoyo cucu dari mbah Karimun.Dengan adanya kepengurusan kesenian ini, sehingga sampai sekarang kesenian topeng Malangan dapat terlestarikan secara baik.
            Bahkan adapun susunan kegiatan latihan yang dilakukan setiap seminggu, khusunya latihan Karawitan. Tujuan dari diadakanya latihan karawitan ini yaitu, untuk membuat regenerasi baru dan memperdalam lagi gending-gending pengiring toeng malangan,  sebab pengrawitan orang yang tua sudah banyak yang meninggal. Latihan Karawitan ini dilakukan setiap satu minggu 3 kali pertemuan mulai hari minggu,selasa, dan jum’at malam. Dimana dalam latihan karawitan ini beranggotakan 10 orang.Anggotanya berasal dari masyarakat sekitar sanggar topeng malangan tersebut.Dalam pelatihan ini tidak dikenakan biaya. Latihan yang dilakukan ini dimulai dari jam 20.00-selesai. Adapun alat-alat yang digunakan dalam latihan ini antara lain, Kendang Malangan, Bonang Babok/Barong, Bonang Penerus, Slenthem, Demung, Saron I, Saron II, Reking, Gong dan Kenong. Tidak semua sanggar topeng memliki kegiatan rutin seperti di Sanggar Asmoro Bangun ini. 


Tari Topeng diperkirakan muncul pada masa awal abad 19 dan berkembang luas semasa perang kemerdekaan. Tari Topeng adalah perlambang sifat manusia, karenanya tari topeng banyak model yang menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya.Biasanya tari topeng pada umumnya mengisahkan cerita rakyat atau sebuah fregmentasi hikayat tentang berbagai hal terutama bercerita tentang kisah-kisah Panji. Karena dari kisah-kisah Panji maka di namakan Topeng Panji.
Tari Topeng Malangan sangat khas karena merupakan hasil perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing) sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali.
Salah satu keunikannya adalah pada model alat musik yang dipakai seperti rebab, seruling Maduradan karawitan model Blambangan. Sampai saat ini Tari Topeng masih bertahan di Kedung Monggo dan masih memiliki sesepuh yaitu Mbah Karimun ( alm ) yang tidak hanya memiliki keterampilan memainkan tari ini namun juga menciptakan model-model topeng dan menceritakan kembali hikayat yang sudah berumur ratusan tahun yang sekarang di warisi oleh pak Jumadi. Begitu juga yang ada di Glagah Dowo dari pak Sutrisno ( alm ) dan sekarang diwarisi oleh bpk. Budi Utomo.Tapi yang Kami ceritakan yang bertempat di Kedung Monggo, Pakisaji, Malang, Jawa Timur.Konon Tari Topeng diciptakan oleh Airlangga yakni putra dari Darmawangsa Beguh di kerajaan Kediri.Ia kemudian menyebarkan seni tari itu sampai ke Kerajaan Singosari yang di pimpin oleh Ken Arok.Raja Singosari itu kemudian menggunakan tari topeng untuk upacara adat, drama tari yang terdiri dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan Panji.Selain itu, tari topeng juga digunakan untuk penghormatan pada para tamu dan ritual memuja arwah nenek moyang.
Kemudian pada awal penyebaran agama Islam di Indonesia, para Wali Songo mencoba memperbaiki tari topeng agar dapat disesuaikan dengan aturan agama Islam.
           
                                    

Gambar 2.4 Berbagai karakter Topeng Malangan

Diantaranya adalah dengan merubah tata busana tari topeng menjadi lebih sopan dan mengganti bahan alat musik tari topeng.Tujuan penggantian bahan gamelan Tari Topeng menjadi kuningan adalah untuk memperkeras alunan musik tari tersebut.Karena dengan alunan yang keras, banyak rakyat yang akan datang ke tempat tarian itu. Dan para Wali Songo dapat menyebarkan agama islam di tempat itu. Pada saat zaman penjajahan, Tari Topeng sudah hampir punah, hanya pejabat tinggi atau pemerintah Kolonial Belanda saja yang bisa menikmati dan belajar Tari Topeng.Tetapi ada seorang pelayan Belanda bernama Panji Reni yang ditugaskan mencuci topeng, Ia kemudian tertarik untuk mempelajari tari tersebut. Akhirnya, ia mencoba membuat topeng di Polowijen, Blimbing dan ternyata hasilnya sangat memuaskan. Kemudian, ayah Pak Karimun (Ki Man) juga mempelajari tari Topeng tersebut dan mancoba membuat topeng di Kedung Monggo, kecamatan Pakisaji, Malang.
            Dan pada tahun 1930, Pak Karimun belajar membuat topeng bersama ayahnya.Dan akhirnya beliau menjadi pengrajin topeng serta pendiri Sanggar Tari ASMOROBANGUN.Sekarang Sanggar Tari tersebut di kelola masyarakat sekitar dan yang memimpin adalah Bpk. Handoyo, yang sampai sekarang eksis di dunia Seni khususnya Topeng Malangan.